Di suatu masa di sebuah kota, tinggal 2 orang kaya mengobrol asik sekali…
Si “A” bicara, kini aku sudah memiliki 3 rumah dan empat mobil, hehe…istriku pun sudah 3 dan saya berencana punya satu lagi…
Dia bicara lagi… Saya lihat kerjamu keras sekali, tapi kok rumahmu hanya begini? Mobilmu hanya satu, tapi tampaknya kamu bahagia sekali…Oh saya tahu, mungkin harta kamu sedang terpakai sebagai modal dalam sebuah investasi, pasti nilai invest-nya tinggi sekali…
Yah begitulah, kata si kaya “B” yang terlihat miskin ini…
Ketika kamu beli semangka apa kamu mengharapkan buahnya atau kau mengharapkan rasa manisnya?
Tentu saja saya rasakan manisnya… Lagi pula, apa hubungannya?
Dan si “B” bicara lagi...
Yah begitulah… kau membeli semangganya untuk merasakan manisnya… sedangkan aku membeli rasanya tanpa perlu membeli buahnya…
Tentang ini nanti pun kamu mengerti…
Tentang hartaku… investasi hartaku bukan untuk harta yang kelak berbunga, bukan untuk benda yang kelak bisa kumiliki… Investasiku adalah pada rasaku…
Tentang ini pun nanti kamu mengerti…
Tentang kebahagiaanku, Aku bahagia karena yang kumiliki adalah yang kuinginkan, dan itu berarti bahwa aku telah mencapai puncak dari keinginanku…karena tidak ada yang kuinginkan yang tidak kumiliki.
Apa kamu belum juga mengerti?
Kau berusaha untuk memiliki sesuatu, sedangkan aku berusaha karena hanya usahalah yang aku miliki…
Walaupun hasil terus saja mendatangiku, segala hasil itu bukanlah tujuanku…
Ketika laba datang, aku setorkan pada yang berhak yaitu al Haq…
Dan karena perutku , anak istriku adalah hak-Nya juga, maka Dia jaga hak kepemilikan-Nya dari kekurangan laba…
Ketika kerugian menghampiri, aku bersyukur, karena beruntunglah aku… itu bukan milikku…
Dia-lah yang merugi, dan walau begitu Dia tetap menjaga kami dari kelebihan rugi…
Tahukah kamu, bahwa hanya seorang kayalah yang mampu menunjukkan kefakiran atas harta, yaitu kefakiran yang berusaha diceritakan pada kitab suci…
Kamu sudah lebih lama kaya daripada aku, tapi kemana saja kamu?
Kamu berputar-putar dalam sebuah pusaran yang kamu sebut kebahagiaan, namun “rasa” tetap berusaha kamu beli karena belum juga kau miliki… Cobalah pahami, karena perjalananmu sebenarnya hanya sedikit lagi…
Kau sudah berhasil kaya, padahal tak semua orang bisa kaya. Kau sudah berhasil mencapainya, sebenarnya kau sudah melewati soal pertama pada ujian-Nya, kini soal kedua, agak sedikit rumit…
Selama ini, kamu pikir cobaan Allah adalah berupa musibah inflasi atau proyek merugi. Padahal cobaannya sedang kau jalani, yaitu kekayaan itu sendiri.
Kuberi tahu, keunggulanmu dari banyak orang yang tidak sepertimu…
Hanya seorang kaya yang bisa mengatakan uang bukan segalanya, karena hanya si kaya yang mampu bercumbu dengan harta. Dalam percumbuannya dia jadi mengenali, bahwa walau segala telah dibeli, harta ada batas pada kwalitas kebahagiaannya. Karena walau dia telah merasakan puncaknya, tapi keinginan ternyata tak mengenal berhenti…karena pada tahap itu sesuatu yang dingini sudah pasti adalah sesuatu yang belum dimiliki…
Hanya si kaya yang mampu menjadi seorang fakir yang sempurna, yaitu ketika sebuah rasa akhirnya terasa.
Ketika bagi si kaya, harta bukan lagi yang ia cari, namun sesuatu yang lebih menghanyutkan hati…
Seperti melihat istri seorang karyawan yang ia tanggung biaya persalinannya akhirnya bisa melahirkan bayi…
Seperti melihat karyawan yang kini tidak lagi berjalan kaki…
Ketika melihat para tetangganya tertawa di malam idul fitri, di teras mesjid yang ia donasi…
Dan dia hadir di situ mendengarkan anaknya yang menderu bedug sambil tertawa sampai hari hampir pagi…
Kini kutanya lagi… bila yang aku inginkan adalah rasa manisnya, dan aku telah menemukan cara untuk mendapatkannya tanpa membeli buahnya… lalu mengapa aku harus tetap berusaha mendapatkan buahnya itu?
Makanlah sebelum lapar dan berhentilah sebelum kenyang…
Berusahalah sebelum kemiskinan menguasaimu, dan berhentilah memperkaya dirimu sebelum kekayaan menguasaimu…
Tapi berusahalah terus karena hanya usahalah milikmu, kemiskinan dan kekayaan adalah dan hanyalah milik-Nya. Siapa yang berani berebut hak dengan Al Haq adalah manusia yang menyedihkan sekali.
………..
Dan di tempat lain, dua orang ilmuwan yang juga adalah agamawan sedang berbincang mirip sekali… tidak tentang kekayaan… namun tentang pikiran…
ilmuwan B (yang juga adalah agamawan) bicara pada ilmuwan A (yang juga adalah agamawan),
Bahwa hanya orang yang menggauli pikiran yang yang mampu menggapai puncak pikiran, sehingga mampu mengenali karakter pikiran itu sendiri…dan akhirnya mampu mengenali keterbatasan kwalitas pikiran yang seterbatas kodrat manusia itu sendiri.
Hanya manusia berpikir yang mampu mengembalikan pikiran pada Yang Maha Memiliki Pikiran…
Makanlah sebelum lapar dan berhentilah sebelum kenyang…
Berusahalah sebelum kebodohan menguasaimu, dan setelah kepandaian kau capai… berhentilah merasa pintar sebelum pikiranmu sendiri menguasaimu…tapi berusahalah terus karena usahalah satu-satunya yang menjadi hakmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar