Pembuka Botol

Manusia adalah tubuh dan jiwa…

Maka dalam hal ini botol adalah tubuh, dan air adalah apa yang dikandung oleh tubuh tersebut…


Air sudah tertampung di dalam botol sebelum botol minuman dikemas dan didistribusikan.

Seperti itu pula Allah meniupkan ruh sebelum manusia dikeluarkan dari rahim ibunya.

Air sudah ada pada diri kita, tapi seperti layaknya minuman botol yang tak bisa dinikmati bila tutupnya belum dibuka, begitu pula manusia.

Tulisan ini bukan tulisan tentang cara membuka botol, namun lebih pada mencari pembuka botol itu sendiri.

Nyelip dimana? Tempat mana yang belum dicari?


Tulisan ini ditulis oleh seekor ayam yang (semoga) dari pantatnya keluar intan diantara kotorannya.

Sehingga sudah tidak penting lagi ayamnya, karena terlanjur silau oleh intannya. Karena intan tetaplah intan darimana pun datangnya.


Tulisan ini ditulis oleh ayam yang ingin belajar terbang…

Semenjak melihat rajawali jauh di atas kepalanya…


Tulisan ini diperuntukkan bagi sesama ayam yang ingin belajar terbang walaupun dikatakan tak mungkin.

Atau bagi rajawali yang terbang mengitar dengan segala pesonanya, tapi lupa caranya untuk mendarat.

Atau bagi burung phoenix yang berkenan membagi sedikit cahaya dari bulu apinya, pada seekor ayam yang pantatnya lecet karena intan.


Semoga Tulisan ini bisa bermanfaat…

atau setidaknya… semoga menyenangkan…

Tapi yang pasti…. semoga Allah berkenan…

Wasalam…

Ayam

Laman

Jumat, 01 Juli 2011

Ketika Sebab Berakibat Sebab, Tak Ada Keinginan Sama Sekali

Dalam hukum sebab akibat, ada dua jenis sebab.
Sebab yang pertama berakibatkan sebab itu sendiri.
Sebab yang kedua berakibatkan akibat,
dimana akibat tersebut menjadi sebab atas akibat yang lainnya.

Manusia berkutat di sebab yang kedua sehingga penderitaan tidak berkesudahan

Manusia merasa bijak dalam batasan pikirannya yang terbatas
Tertipu oleh keinginan di masa depan.

Karenanya manusia menimang-nimang dalam parameter untung dan rugi.
Padahal keuntungan di satu sisi adalah kerugian di sisi yang lainnya.
Begitupun sebaliknya… dan siklus tidak pernah berkesudahan…

Bagaimana mungkin seseorang mengklaim dirinya bahagia?
Bila keinginan masih melekat pada dirinya?
Karena keinginan adalah ciri atas kekurangan…

Bila yang diinginkan adalah yang dimiliki … apa lagi yang perlu diinginkan?
Dan kebahagiaan sudah di tangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar