Pembuka Botol

Manusia adalah tubuh dan jiwa…

Maka dalam hal ini botol adalah tubuh, dan air adalah apa yang dikandung oleh tubuh tersebut…


Air sudah tertampung di dalam botol sebelum botol minuman dikemas dan didistribusikan.

Seperti itu pula Allah meniupkan ruh sebelum manusia dikeluarkan dari rahim ibunya.

Air sudah ada pada diri kita, tapi seperti layaknya minuman botol yang tak bisa dinikmati bila tutupnya belum dibuka, begitu pula manusia.

Tulisan ini bukan tulisan tentang cara membuka botol, namun lebih pada mencari pembuka botol itu sendiri.

Nyelip dimana? Tempat mana yang belum dicari?


Tulisan ini ditulis oleh seekor ayam yang (semoga) dari pantatnya keluar intan diantara kotorannya.

Sehingga sudah tidak penting lagi ayamnya, karena terlanjur silau oleh intannya. Karena intan tetaplah intan darimana pun datangnya.


Tulisan ini ditulis oleh ayam yang ingin belajar terbang…

Semenjak melihat rajawali jauh di atas kepalanya…


Tulisan ini diperuntukkan bagi sesama ayam yang ingin belajar terbang walaupun dikatakan tak mungkin.

Atau bagi rajawali yang terbang mengitar dengan segala pesonanya, tapi lupa caranya untuk mendarat.

Atau bagi burung phoenix yang berkenan membagi sedikit cahaya dari bulu apinya, pada seekor ayam yang pantatnya lecet karena intan.


Semoga Tulisan ini bisa bermanfaat…

atau setidaknya… semoga menyenangkan…

Tapi yang pasti…. semoga Allah berkenan…

Wasalam…

Ayam

Laman

Jumat, 17 Juni 2011

Hakikat Adalah Satu, Bahkan Bagi Yang Berkebalikan

Di depan nisan kedua orang tuanya seorang pemuda berdoa...
Ya Allah, berikan aku petunjuk dari kesedihanku ini...
Tunjukkan padaku jalan yang lurus...

Dan permintaannya Allah kabulkan...

Terbentang di depannya sebuah jalan
lurus sejauh mata memandang...

Mata memang  sangat terbatas kemampuannya...
Hanya matahari terbenam di ujung jalannya...

Sebuah suara bergumam...
Di ujung jalan ini ada sebuah kota 
Itulah tempat terbenamnya matahari...
Di situlah akan kamu temui sebuah tanda...
Tanda itu akan membawamu kepada-Ku...

Dihadapan-Ku kau bisa meminta segalanya...
bahkan kehidupan kembali bagi yang sempat mati...

Jalan itu dia tempuh... bertahun-tahun dia jalani...
di atas lautan jalan itu seperti jembatan... di daratan kota-kota dia lalui,
tapi matahari tidak juga memperlambat laju geraknya

Tahun-tahun berlalu dan usia tinggal yang tersisa...
Suatu hari dia berhenti... sebuah tanda dia temui...

Ya Allah, dia berkata...
Ilmu-Mu begitu mulia... 
Inilah kesederhanaan yang kedalamannya tak mungkin kujangkau,
bila ilmu ini Kau turunkan padaku secara lisan,
bahkan bila berupa kitab yang Kau khususkan bagiku...

Kini ku tahu,matahari bukanlah yang kucari... 
itu hanya alat bantu, sebuah metodologi... 

Hari ini aku tertegun, setelah berjalan bertahun-tahun... 
bahwa aku bisa berhenti sejak kapanpun kumau...
bila saja yang ku lihat bukan hanya ujung depannya...
dimana matahari senantiasa tenggelam...
bila saja, kusempatkan diri tuk berbalik... 
mungkin akan kulihat ujung belakangnya...
bahwa matahari terbit di jalan yang sama...

Dan setiap hari aku pernah berada di antaranya...

Di depan nisan ini kau nyatakan keindahan...
bahwa kematian adalah kelahiran...
kesedihan adalah kebahagiaan...
terbit adalah tenggelam...
sumber adalah tujuan...
bahwa jalan yang lurus adalah jalan yang melingkar...

Tahun-tahun telah berlalu...
dan kini aku tahu, bahwa benarlah isi kitabmu ...
tentang seorang soleh yang berjalan ke barat...
tentang  kepemilikan-Mu atas timur dan barat...
tentang matahari yang terbit di barat... di hari kiamat

Bukan nisan ini gerbang menuju diri-Mu...
tapi diriku sendiri yang berdiri di depan nisan ini 
yang Kau jadikan rahasia bagi semua manusia...
bahwa di dalam diri kau bersemayam...
di tempat menyatunya timur dan barat...
inilah titik itu... lebih dekat dari urat leherku

dan dari sini saya kembali berjalan...
namun kini berjalan di dalam diam...
Telah kutemukan kelahiran dari diri yang sempat mati...

1 komentar: